Uncategorized

legenda Gandangdewata – sulawesi barat

Gempatoto Di Sulawesi Barat terdapat gunung sakral bernama Gandangdewata. Tingginya menjulang, sering diselimuti kabut, dan dipercaya sebagai tempat bersemayam para dewa. Legenda yang melatarbelakangi gunung ini begitu terkenal di kalangan masyarakat Mamasa.

Dikisahkan, pada zaman dahulu, langit dan bumi belum terpisah. Dewa-dewa turun dari langit membawa cahaya, sedangkan manusia berjuang hidup di tanah yang masih liar. Di antara para dewa, ada seorang bernama Dewata Seuwa. Ia dikenal sebagai dewa guntur, petir, dan hujan. Ia sering mengunjungi bumi dan jatuh hati pada seorang gadis manusia bernama Indona Malillim, putri seorang kepala suku.

Dewata Seuwa ingin menikahi Indona. Namun, syarat yang diberikan kepala suku sangat berat: ia harus membangun gunung besar yang menjulang hingga langit dalam waktu satu malam. Dengan bantuan para dewa lain, Dewata Seuwa memanggil awan, guntur, dan petir. Tanah diguncang, batu-batu terangkat, dan terbentuklah sebuah gunung raksasa. Namun sebelum pekerjaan selesai, ayam jantan berkokok menandai pagi tiba. Dewata Seuwa gagal memenuhi syarat.

Meski gagal, cinta Dewata Seuwa dan Indona tidak dapat dipisahkan. Indona kemudian menghilang secara misterius, diyakini naik ke kahyangan. Gunung yang setengah jadi itu akhirnya dinamakan Gandangdewata, artinya “Gendang Dewa”. Disebut demikian karena suara petir yang menggema di puncaknya terdengar seperti gendang dipukul.

Masyarakat Mamasa meyakini bahwa Gunung Gandangdewata adalah penghubung antara dunia manusia dan dunia para dewa. Mereka percaya roh leluhur bersemayam di sana. Sampai sekarang, gunung itu menjadi tempat keramat, penuh pantangan. Orang yang naik ke puncaknya harus menjaga ucapan, tidak boleh berkata kotor, dan wajib membawa persembahan.

Legenda Gandangdewata memberi pelajaran tentang hubungan antara manusia, alam, dan kekuatan adikodrati. Gunung ini bukan sekadar pemandangan megah, tetapi juga simbol cinta yang tak tercapai, serta bukti bahwa manusia dan dewa pernah menjalin kisah bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *