Itinerary 3 Hari di Provinsi Bengkulu – Bumi Raflesia
Jika Sumatra Selatan dikenal sebagai Bumi Sriwijaya, maka Bengkulu punya julukan yang tidak kalah unik: “Bumi Raflesia.” Julukan ini lahir karena di daerah inilah bunga Rafflesia arnoldii, bunga terbesar di dunia, pertama kali ditemukan pada abad ke-19. Selain itu, Bengkulu pernah menjadi lokasi pengasingan tokoh-tokoh sejarah, salah satunya Soekarno, yang meninggalkan banyak jejak budaya di kota ini.
Perjalananmu ke Bengkulu terasa seperti membuka bab baru dari buku cerita Sumatra. Medusatoto Dari suasana sungai Musi yang ramai, kini kamu masuk ke wilayah pesisir yang lebih tenang, dengan bau laut, pepohonan cemara, dan suara ombak yang memukul pantai-pantai berpasir hitam khas Bengkulu.
Hari 1 — Menyusuri Kota Bengkulu, Kota Tua Bernuansa Inggris
Begitu tiba di Bengkulu, kamu akan langsung merasakan atmosfer kota pesisir yang damai: tidak terlalu ramai, tapi kaya dengan sejarah kolonial yang jarang dibahas orang.
Perhentian pertamamu adalah Benteng Marlborough, benteng peninggalan Inggris yang dibangun pada abad ke-18. Benteng ini menjadi simbol masa ketika Inggris sempat berkuasa di Bengkulu sebelum menyerahkannya kepada Belanda dalam Traktat London. Saat berjalan di lorong-lorong benteng, kamu akan melihat tembok batu tebal dan ruangan-ruangan yang dulu menjadi markas militer. Dari puncaknya, pemandangan laut terlihat luas, biru, dan menyimpan kesan seolah menyembunyikan banyak cerita.
Tidak jauh dari sana, kamu mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno, sebuah bangunan sederhana yang menyimpan sejarah besar. Di rumah inilah Soekarno tinggal selama masa pembuangan tahun 1938–1942. Kamu dapat melihat meja kerjanya, koleksi buku-bukunya, serta desain rumah itu sendiri yang masih dijaga keasliannya. Bengkulu memiliki tempat istimewa dalam sejarah Indonesia: di kota inilah Soekarno bertemu dengan Fatmawati, yang kelak menjadi Ibu Negara pertama Republik Indonesia.
Menjelang sore, kamu menuju Pantai Panjang, pantai yang namanya tidak berlebihan—panjangnya mencapai 7 kilometer, salah satu yang terpanjang di Indonesia. Di sini, kamu berjalan di pasir yang lembut, ditemani barisan cemara laut yang bergerak pelan ditiup angin. Suasananya menenangkan, ideal untuk melepas penat setelah seharian penuh sejarah.
Hari 2 — Raflesia, Desa Tradisi, dan Pesona Alam Bengkulu
Hari kedua dimulai dengan petualangan alam untuk mencari Rafflesia arnoldii atau Rafflesia gadutensis, tergantung musimnya. Perlu diketahui: Rafflesia tidak mekar setiap hari, dan proses mekarnya hanya bertahan beberapa hari saja. Inilah yang membuatnya begitu istimewa dan menjadi simbol kebanggaan Bengkulu. Seorang pemandu lokal biasanya akan mengantarmu ke dalam hutan untuk melihatnya dari dekat.
Rafflesia bukan sekadar bunga raksasa; ia adalah ikon biodiversitas Indonesia dan bagian dari identitas Bengkulu. Melihatnya langsung memberikan kesan bahwa alam masih menyimpan banyak misteri yang jauh lebih tua dari peradaban manusia.
Perjalanan berlanjut ke Desa Wisata Rindu Hati atau Tabat Monok, daerah yang dikenal dengan hamparan bukit hijau seperti karpet raksasa. Di sini, masyarakat masih memegang budaya lokal seperti gotong-royong dan tradisi pertanian yang diwariskan turun-temurun. Kamu bisa melihat bagaimana kopi lokal diolah, mencicipi kopi Bengkulu yang harum dan pekat, dan merasakan keramahan penduduk yang sederhana namun tulus.
Siangnya, kamu mencicipi makanan khas seperti:
-
Pendap — makanan fermentasi ikan dengan daun talas dan rempah kuat
-
Tempoyak — durian fermentasi yang menjadi bagian penting banyak masakan lokal
-
Bagar hiu — masakan bumbu merah pedas (sekarang banyak warung menggantinya dengan ikan lain sebagai bentuk konservasi)
Sore hari kamu menuju Pantai Tapak Paderi, sebuah teluk landai dengan ombak lembut. Ini adalah salah satu spot terbaik untuk menikmati sunset. Ketika matahari perlahan tenggelam di balik cakrawala, langit berubah dari biru ke jingga, lalu merah muda, menciptakan momen yang membuatmu ingin diam lebih lama.
Hari 3 — Danau, Bukit, dan Kisah Tenang Bengkulu
Hari ketiga adalah hari untuk merasakan sisi paling tenang dari Bengkulu. Kamu bisa menuju Danau Dendam Tak Sudah, sebuah danau yang namanya unik dan penuh legenda. Konon, danau ini dinamai demikian karena kisah percintaan yang tidak pernah tuntas—kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi. Air danau yang tenang, pepohonan yang tumbuh subur di sekitarnya, serta suara burung membuat tempat ini terasa seperti halaman dari novel lama.
Perjalanan dilanjutkan ke Bukit Kaba, salah satu gunung api aktif di Bengkulu yang cukup populer di kalangan pendaki pemula. Perjalanan tidak terlalu berat, tapi pemandangannya luar biasa: kawah, padang rumput hijau, dan kabut tipis yang turun perlahan seperti tirai alam. Dari puncak bukit, kamu bisa melihat pemandangan luas yang mengingatkanmu betapa kecilnya manusia dibandingkan alam.
Jika tidak ingin mendaki, kamu bisa memilih Pantai Linau, pantai dengan pasir putih dan air biru jernih yang memberi suasana tropis yang berbeda dari pantai-pantai Bengkulu lainnya.
Hari ketiga ditutup dengan membeli oleh-oleh khas Bengkulu, seperti:
-
kain batik besurek (dengan motif Arab gundul)
-
kopi robusta Bengkulu
-
manisan terong khas daerah pesisir
Penutup
Bengkulu bukan provinsi yang ramai seperti Bali atau Jogja, tetapi justru di situlah keindahannya: sunyi, alami, dan penuh sejarah kuat yang jarang dibicarakan. Dari jejak kolonial Inggris, bunga terbesar di dunia, kepada budaya lokal yang terjaga—semua membuat Bengkulu seperti permata kecil di tepi Samudra Hindia.
