Uncategorized

Itinerary 3 Hari di Sumatra Selatan – Bumi Sriwijaya

Sumatra Selatan sering disebut sebagai Bumi Sriwijaya, Medusatoto sebuah julukan yang lahir dari sejarah besar kerajaan maritim Sriwijaya yang pernah menguasai jalur perdagangan Asia Tenggara lebih dari seribu tahun lalu. Selain itu, wilayah ini dijuluki juga sebagai Negeri Batanghari Sembilan, merujuk pada sembilan sungai utama yang menjadi nadi kehidupan masyarakat sejak ratusan tahun.
Di balik nama-nama megah itu, Sumatra Selatan menyimpan kisah tenang tentang air sungai, jembatan ikonik, makanan yang penuh bumbu, dan kota yang berdenyut dalam harmoni budaya Melayu dan warisan Sriwijaya.

Di bawah ini, kamu akan membaca seperti apa rasanya menjelajahi Sumatra Selatan selama tiga hari—bukan hanya list tempat wisata, tapi cerita perjalanan yang membuatmu seolah ikut berada di sana.

Hari 1 — Palembang, Kota di Atas Air dan Sejarah

Pagi hari di Palembang selalu dimulai dengan aroma ikan giling dan tepung tapioka dari dapur-dapur pempek. Di kota inilah kamu menemukan ikon kuliner yang tidak hanya lezat, tapi juga menjadi identitas budaya. Setelah sarapan pempek kapal selam yang hangat, perjalanan dimulai menuju Jembatan Ampera, simbol kebanggaan masyarakat Palembang.

Jembatan Ampera bukan sekadar bangunan, tetapi saksi bisu kehidupan sepanjang Sungai Musi, sungai yang disebut-sebut sebagai “urat nadi perdagangan” sejak masa Sriwijaya. Dari bawah jembatan, kamu menyusuri Musi dengan perahu, melihat rumah-rumah panggung tradisional yang masih bertahan, dan merasakan bagaimana sungai menjadi halaman depan bagi sebagian warga.

Di tepi sungai berdiri Benteng Kuto Besak (BKB), sebuah benteng peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Meski tak boleh dimasuki, dari luar saja kamu bisa merasakan bagaimana benteng ini dulunya menjaga kota dari ancaman luar. Siangnya, kamu mengunjungi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, tempat di mana sejarah Palembang dirawat dalam bentuk artefak, keris, ukiran, serta kisah sultan-sultan terdahulu.

Hari ditutup dengan makan pindang patin—hidangan berkuah asam dan pedas yang menjadi favorit masyarakat Sumsel—sambil menikmati angin malam di kawasan Ampera.

Hari 2 — Jejak Sriwijaya dan Kekayaan Budaya Lokal

Pagi hari kedua membawa kamu ke Bukit Siguntang, yang diyakini sebagai situs spiritual dan tempat pemakaman bangsawan Sriwijaya. Di sinilah kamu memahami bahwa kerajaan besar itu bukan hanya legenda sekolah dasar, tetapi pernah berakar kuat di tanah ini. Banyak yang percaya tempat ini memancarkan ketenangan dan energi sejarah, membuat siapapun yang datang merasa lebih dekat dengan masa lampau.

Tak jauh dari sana, Taman Purbakala Sriwijaya menawarkan pemandangan kanal-kanal kuno yang menunjukkan bagaimana canggihnya teknologi air pada masa kerajaan. Di sinilah kamu mulai memahami mengapa Sriwijaya disebut kerajaan maritim—bukan karena laut saja, tapi karena mereka ahli mengelola aliran air bahkan di daratan.

Siangnya, kamu menikmati mie celor, kuliner khas Palembang berupa mie kuah santan udang yang gurih dan lembut. Setelah itu, kamu mampir ke sentra songket, tempat di mana perempuan-perempuan Palembang menenun kain dengan benang emas. Songket bukan sekadar kain; ia adalah simbol status, budaya, dan kebanggaan. Setiap motif memiliki name—seperti Bungo Pacik, Naga Besaung, atau Lepus—yang mencerminkan makna filosofi Melayu.

Sore harinya, kamu berjalan-jalan di Jakabaring Sport City, kawasan modern yang menunjukkan sisi lain Palembang—maju dan tertata. Hari ditutup dengan suasana tenang di Danau OPI, sebuah danau buatan yang menjadi tempat favorit untuk menikmati senja.

Hari 3 — Menyatu dengan Alam Sumatra Selatan

Hari ketiga adalah hari untuk keluar dari hiruk-pikuk kota dan menyentuh alam sesungguhnya. Di sini ada tiga pilihan perjalanan, dan masing-masing menghadirkan cerita yang berbeda:

Opsi A — Pagar Alam: Kota Awan & Kebun Teh

Dalam perjalanan menuju Pagar Alam, udara berubah lebih sejuk, seolah kamu masuk ke halaman lain dari buku yang sama. Di kaki Gunung Dempo, kebun teh menghampar sejauh mata memandang. Daun-daun teh yang hijau muda bergoyang pelan terkena angin, menciptakan pemandangan yang terasa seperti lukisan hidup. Di sini kamu belajar bahwa Pagar Alam bukan sekadar kota, tetapi rumah bagi budaya Besemah yang punya tradisi dan bahasa khas.

psi B — Banyuasin: Negeri Mangrove

Jika memilih Banyuasin, kamu akan melihat Taman Nasional Sembilang, tempat burung-burung migrasi berkumpul, dan hutan mangrove tumbuh subur. Ekosistem seperti ini penting karena melindungi dari abrasi, menjadi tempat berkembang biak ikan, dan menyaring kualitas air secara alami. Saat berdiri di jembatan kayu menatap hutan mangrove, kamu akan merasa kecil tapi selaras dengan alam.

Opsi C — Prabumulih: Goa dan Air Panas Alami

Prabumulih menawarkan perjalanan yang lebih tenang—mengunjungi Goa Putri, salah satu goa indah yang dipenuhi stalaktit dan stalagmit yang terbentuk ribuan tahun. Atau kamu bisa berendam di air panas alami yang kaya mineral, dipercaya mampu merelaksasi tubuh dan pikiran.

Tiga hari di Sumatra Selatan bukan hanya tentang tempat wisata, tetapi tentang memahami jiwa daerah ini: sungai yang menjadi rumah, sejarah yang mengakar kuat pada kejayaan Sriwijaya, makanan yang berani bumbu, dan masyarakat yang hangat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *