Legenda Asal-usul Danau Ngade di Ternate(maluku utara)
Gempatoto Dahulu kala di Ternate, ada sebuah desa kecil yang subur dan makmur. Penduduknya hidup damai, mengandalkan hasil bumi, perikanan, serta rempah-rempah yang membuat desa itu terkenal. Namun, di balik kemakmuran itu ada sebuah rahasia besar yang disimpan rapat-rapat oleh para tetua kampung. Mereka percaya bahwa tanah yang mereka pijak adalah tanah keramat, dan siapa pun yang berbuat serakah akan mendapat hukuman dari alam.
Di desa itu hiduplah seorang pemuda bernama Ngade. Ia rajin, pekerja keras, dan sangat menyayangi ibunya yang sudah tua. Setiap hari Ngade turun ke kebun, menanam singkong, keladi, dan sayuran. Namun, di balik kerajinannya, Ngade sering merasa iri melihat para saudagar rempah yang kaya raya. Dalam hatinya tumbuh keinginan untuk memiliki kekayaan yang sama besar.
Suatu malam, Ngade bermimpi didatangi seorang kakek berjubah putih. Kakek itu berkata, “Jika kau ingin kaya, pergilah ke hutan larangan. Di sana ada sebuah mata air. Tapi ingat, jangan sekali-kali kau melupakan ibumu dan jangan serakah mengambil lebih dari yang kau butuhkan.”
Keesokan paginya, Ngade memberanikan diri masuk ke hutan larangan. Ia berjalan hingga menemukan mata air jernih yang dikelilingi pepohonan rimbun. Saat ia mencuci muka, tiba-tiba mata air itu berubah menjadi pancuran emas dan batu permata. Ngade terkejut sekaligus girang. Ia segera mengambil sebanyak mungkin emas itu, bahkan lebih dari yang bisa ia bawa.
Dalam perjalanan pulang, emas yang ia bawa terasa makin berat, tapi rasa serakah membuatnya tak berhenti. Ia lupa pesan kakek dalam mimpinya, dan bahkan lupa menengok ibunya yang menunggu di rumah.
Ketika sampai di pinggir desa, tiba-tiba langit mendung, angin bertiup kencang, dan gempa mengguncang tanah. Dari hutan larangan, air meluap deras keluar, menenggelamkan kebun, rumah, dan semua yang ada di sekitarnya. Desa yang makmur itu hilang dalam sekejap, berganti menjadi sebuah danau luas.
Hanya ibu Ngade yang selamat karena ditolong oleh para tetua. Sedangkan Ngade sendiri hilang ditelan air bersama kekayaannya. Sejak saat itu, danau tersebut dinamakan Danau Ngade, untuk mengenang kisah pemuda yang serakah hingga membawa bencana bagi desanya.