Legenda Bali – Jayaprana dan Layonsari
Di Kerajaan Kalianget Gempatoto, Bali Utara, hiduplah seorang pemuda tampan bernama Jayaprana. Ia seorang yatim piatu yang dibesarkan dengan kasih sayang oleh rakyat. Kebaikan hatinya membuat Raja Kalianget mengangkatnya menjadi abdi kepercayaan. Jayaprana tumbuh menjadi pemuda gagah, bijak, dan dicintai rakyat.
Suatu hari, Jayaprana jatuh cinta pada seorang gadis jelita bernama Layonsari. Gadis itu juga mencintainya, sehingga mereka menikah dengan restu raja. Namun tanpa diduga, sang raja sendiri terpesona pada kecantikan Layonsari. Api cemburu dan nafsu membakar hatinya. Ia tidak rela melihat Layonsari hidup bersama Jayaprana.
Dengan licik, raja menyuruh Jayaprana pergi ke hutan untuk sebuah misi. Tanpa curiga, Jayaprana menuruti perintah. Di hutan, seorang prajurit yang ditugasi raja membunuh Jayaprana. Tubuhnya terkubur di tanah sunyi. Layonsari yang menunggu kepulangan suaminya merasa gelisah. Ketika kabar kematian Jayaprana sampai padanya, ia hancur. Sang raja lalu mencoba memaksa Layonsari menjadi permaisuri. Namun Layonsari menolak dengan tegas. Ia lebih memilih mati. Dengan keris, ia menusuk dirinya sendiri, menyusul Jayaprana ke alam baka.
Rakyat marah dan murka pada raja yang lalim. Kisah cinta Jayaprana dan Layonsari pun melegenda di Bali sebagai simbol kesetiaan sejati dan penolakan terhadap kezaliman. Hingga kini, makam Jayaprana di Teluk Terima, Buleleng, menjadi tempat ziarah, mengingatkan generasi baru bahwa cinta sejati abadi adanya.