Uncategorized

legenda danau napabale – sulawesi tenggara

Gempatoto Di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, terdapat danau indah bernama Napabale. Danau ini unik karena terhubung langsung ke laut melalui sebuah terowongan alami di bawah bukit kapur. Keindahannya kini jadi daya tarik wisata, tetapi masyarakat lokal punya kisah lama tentang asal-usulnya.

Alkisah, dahulu kala, ada seorang nelayan muda bernama La Ode. Ia hidup sederhana dengan istrinya, Wa Ode, di pesisir. Mereka terkenal rajin, namun sering kesulitan karena hasil laut semakin sedikit. Suatu hari, La Ode menemukan sebuah gua di tepi pantai. Dari dalam gua itu terdengar suara gemuruh seperti air pasang. Ketika ia masuk, ternyata ada terowongan yang menghubungkan laut dengan sebuah lembah luas di balik bukit. Lembah itu dipenuhi air biru jernih yang berkilau diterpa cahaya matahari.

La Ode merasa tempat itu istimewa. Ia kemudian menceritakan penemuannya kepada tetua adat. Sang tetua menjelaskan bahwa lembah itu dulunya adalah desa yang dikutuk. Konon, desa tersebut dipimpin seorang kepala suku yang tamak. Ia menolak berbagi hasil bumi dengan rakyat kecil. Karena keserakahan itu, Dewata murka dan menghukum desa dengan mendatangkan banjir besar. Air laut masuk melalui celah bukit, menenggelamkan desa hingga membentuk danau.

Penduduk percaya bahwa arwah para korban masih bersemayam di Napabale. Karena itu, mereka selalu berhati-hati ketika melewati terowongan. Tidak boleh berbicara kasar, tidak boleh sombong, dan harus menjaga sikap. Jika melanggar, dipercaya perahu bisa karam atau pengunjung bisa tersesat.

Meski demikian, Napabale juga menjadi berkah. Airnya yang tenang menjadi tempat nelayan mencari ikan, sementara tebing-tebing kapurnya indah untuk dijelajahi. Hingga kini, Napabale tetap dianggap keramat. Setiap tahun, masyarakat mengadakan ritual kecil sebagai bentuk penghormatan.

Legenda ini mengajarkan tentang bahaya keserakahan pemimpin serta pentingnya menjaga keseimbangan alam. Napabale bukan hanya danau biasa, melainkan juga pengingat bahwa alam bisa memberi berkah sekaligus hukuman. Kini, siapa pun yang berkunjung dapat menikmati keindahannya, sambil tetap menghormati kisah lama yang melekat pada tempat itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *