Uncategorized

Legenda NTB (Nusa Tenggara Barat) – Putri Mandalika

Dahulu kala Gempatoto , di Lombok Tengah, hiduplah seorang putri jelita bernama Mandalika, anak Raja Tonjang Beru. Kecantikannya tersohor hingga ke berbagai kerajaan tetangga. Banyak pangeran datang melamar, masing-masing menginginkan Mandalika sebagai permaisuri.

Namun Mandalika bingung. Ia tidak ingin memilih salah satu, sebab keputusan itu bisa menimbulkan perang antarkerajaan. Ia juga tidak ingin menolak semua, karena bisa menyinggung kehormatan para pelamar. Malam itu, Putri Mandalika bersemedi di tepi pantai. Ia memohon petunjuk Sang Hyang Widhi. Dalam hatinya, ia mendengar bisikan: “Anakku, rakyatmu adalah keluargamu. Hidupmu adalah untuk mereka.”

Keesokan harinya, Putri Mandalika berdiri di bukit Seger, di hadapan raja, rakyat, dan para pangeran. Dengan suara lantang, ia berkata: “Wahai semua, aku milik rakyat. Aku tidak akan memilih satu pun dari kalian. Aku akan mengorbankan diriku demi kedamaian negeri.” Usai berkata demikian, ia melompat ke laut. Semua orang terperanjat, menjerit, dan berusaha menolong. Namun tubuh Mandalika lenyap ditelan ombak.

Ajaibnya, dari dalam laut muncul ribuan cacing laut berwarna-warni. Rakyat percaya, itulah jelmaan Putri Mandalika yang setia pada janjinya. Sejak saat itu, setiap bulan Februari atau Maret, masyarakat Lombok mengadakan Festival Bau Nyale, yakni menangkap cacing laut sebagai simbol pengorbanan Putri Mandalika. Kisahnya menjadi teladan tentang kepemimpinan, cinta pada rakyat, dan pengorbanan demi perdamaian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *