Uncategorized

Ratu Kidul dan Panembahan Senopati – Di yogyakarta

Di tanah Jawa, khususnya Yogyakarta, ada sebuah kisah yang diwariskan turun-temurun tentang hubungan gaib antara penguasa Mataram dengan Ratu Kidul, penguasa laut selatan. Cerita ini dimulai pada masa Panembahan Senopati, pendiri kerajaan Mataram. Senopati sejak awal dikenal sebagai pemimpin yang kuat, berwibawa, namun juga haus akan kesaktian agar kerajaannya mampu berjaya. Ia melakukan tapa brata, semedi di tepi pantai selatan, daerah yang dipercaya sebagai gerbang menuju kerajaan gaib Laut Selatan. Dalam semedinya, Senopati berusaha berhubungan dengan kekuatan supranatural untuk mendapat wahyu dan restu.

Ketika semedi itu mencapai puncaknya, tiba-tiba laut bergolak. Ombak besar menyapu pantai, angin kencang bertiup, dan dari dalam lautan muncul sosok perempuan cantik yang bercahaya, berpakaian hijau, dengan aura agung yang membuat siapa pun yang memandang terpesona. Dialah Ratu Kidul, penguasa laut selatan. Dengan suara lembut namun penuh wibawa, ia menyapa Panembahan Senopati. Ratu Kidul mengetahui maksud semedi itu, dan ia menawarkan diri untuk menjadi pendamping spiritual, penjaga, sekaligus pemberi kekuatan gaib bagi Senopati dan keturunannya.

Senopati awalnya ragu, tetapi Ratu Kidul menegaskan bahwa perjanjian itu bukan sekadar hubungan cinta, melainkan ikatan suci antara dunia nyata dan dunia gaib. Dengan restu Ratu Kidul, Senopati akan mendapatkan kekuatan untuk memimpin, perlindungan dari ancaman musuh, serta wibawa yang membuat rakyat tunduk. Sebagai balasan, Senopati dan penerusnya harus senantiasa menghormati Laut Selatan dan menjaga hubungan dengan penguasanya. Dalam cerita rakyat, hubungan ini bahkan digambarkan sebagai ikatan asmara antara Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul.

Setelah pertemuan itu, Senopati pulang ke keraton dengan wajah bercahaya. Ia mulai membangun kerajaan Mataram dengan keyakinan besar. Pasukannya semakin kuat, rakyat setia padanya, dan kerajaan berkembang pesat. Orang-orang percaya bahwa semua itu berkat perlindungan gaib Ratu Kidul. Bahkan ketika Senopati menghadapi peperangan, ombak besar dari Laut Selatan kerap digambarkan ikut mengguncang musuhnya. Dari situlah muncul keyakinan bahwa penguasa Mataram tidak hanya berkuasa di dunia nyata, tetapi juga memiliki ikatan spiritual dengan kerajaan gaib.

Legenda ini tidak berhenti di masa Senopati Medusatoto . Generasi penerus Mataram, hingga raja-raja Yogyakarta, diyakini tetap menjalin hubungan batin dengan Ratu Kidul. Hubungan itu dilestarikan melalui upacara labuhan, yaitu tradisi mempersembahkan sesaji ke laut selatan, terutama di Pantai Parangkusumo. Upacara ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada Ratu Kidul agar kerajaan dan masyarakat tetap mendapat perlindungan. Sampai hari ini, upacara labuhan masih dilakukan, terutama ketika seorang Sultan Yogyakarta naik tahta atau pada hari-hari tertentu yang dianggap sakral.

Kisah ini juga melahirkan mitos yang sangat dikenal di kalangan masyarakat Yogyakarta dan Jawa pada umumnya. Salah satunya adalah larangan memakai pakaian berwarna hijau saat berkunjung ke pantai selatan. Warna hijau dipercaya sebagai warna kesayangan Ratu Kidul. Orang yang memakainya dianggap bisa “dipanggil” masuk ke laut dan menjadi bagian dari pengikut kerajaan gaib. Banyak cerita mistis berkembang, tentang orang hilang di ombak Pantai Parangtritis setelah melanggar pantangan ini. Walaupun ada yang menganggapnya sekadar mitos, kepercayaan ini begitu kuat dan tetap menjadi bagian dari kebudayaan lokal.

Selain itu, cerita Panembahan Senopati dan Ratu Kidul juga sering dipandang sebagai simbol legitimasi kekuasaan. Seorang raja Jawa dianggap sah bukan hanya jika ia memiliki garis keturunan yang benar, tetapi juga jika ia mendapatkan restu dari alam gaib, khususnya dari penguasa laut selatan. Itulah mengapa kisah ini selalu dikaitkan dengan Keraton Yogyakarta dan keberlangsungan dinasti Mataram. Bahkan hingga masa modern, masyarakat masih percaya bahwa Sultan Yogyakarta memiliki hubungan spiritual dengan Ratu Kidul.

Di sisi lain, legenda ini juga mencerminkan pandangan dunia orang Jawa tentang keseimbangan antara alam nyata dan alam gaib. Ratu Kidul tidak hanya dilihat sebagai tokoh menakutkan, tetapi juga sebagai penjaga keseimbangan. Laut selatan adalah simbol kekuatan alam yang ganas, dan dengan menjalin hubungan dengannya, manusia diingatkan untuk selalu menjaga harmoni dengan alam. Itulah sebabnya upacara labuhan bukan hanya persembahan simbolis, tetapi juga bentuk penghormatan manusia pada alam semesta.

Cerita Panembahan Senopati dan Ratu Kidul telah menjadi bagian penting dari kebudayaan Yogyakarta. Legenda ini terus hidup dalam ingatan kolektif masyarakat, dalam cerita rakyat, kesenian, hingga ritual-ritual yang masih dijalankan. Di Parangkusumo, orang bisa menemukan batu yang dipercaya sebagai tempat pertemuan pertama antara Senopati dengan Ratu Kidul. Di situ, aroma mistis masih begitu terasa, dan banyak peziarah datang untuk ngalap berkah atau sekadar mengenang sejarah yang dipercaya sakral.

Hingga kini, meski zaman sudah modern, legenda itu tetap menjadi bagian dari identitas Yogyakarta. Bagi masyarakat setempat, kisah Ratu Kidul bukan sekadar cerita hantu atau mitos menakutkan, tetapi simbol hubungan antara manusia, alam, dan kekuatan gaib. Ia adalah pengingat bahwa dalam kehidupan, ada hal-hal yang tak selalu bisa dijelaskan oleh logika, tetapi tetap dihormati sebagai bagian dari warisan budaya. Yogyakarta, dengan keraton dan tradisinya, masih menyimpan aura mistis yang membuat siapa pun yang mendengarkan kisah Panembahan Senopati dan Ratu Kidul akan merasakan getaran sejarah sekaligus misteri yang menakjubkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *